Hendra adalah seorang polisi lalu lintas di Ibukota yang tugasnya menertibkan pengendara kendaraan bermotor dan sering menilang pengendara yang melanggar peraturan. Walaupun hanya seorang polisi, hendra memiliki keinginan yang kuat untuk dapat menunaikan ibadah haji. Setiap bulan dia menabung sebagian gaji nya sehingga setelah beberapa tahun jumlah tabungannya mencukupi untuk biaya naik haji.
Saat di tanah suci, Hendra mengalami kejadian yang sangat membekas dihatinya. Dia selalu kehilangan sandal baik di masjid, penginapan, dan wc umum. Mungkin lebih dari 50 kali dia kehilangan sandal sehingga dia harus bolak-balik ke toko untuk membeli sandal. Kejadian ini membuat Hendra merenung, apakah yang ingin diisyaratkan Allah SWT kepadanya? Kenapa dia harus kehilangan sandal bukan uang atau barang yang lain? Akan tetapi Hendra tetap tekun menunaikan semua rukun haji dan ibadah sunnah lainnya.
Suatu ketika Hendra menunaikan thawaf dan mengumandangkan kalimat talbiyah “labbaika allaumma labbaik”aku datang memenuhi seruanM, ya Allah, aku datang…. Hendra kini berada di Masjidil Haram, kakinya menjejak di lantai masjid suci untuk mengelilingi satu bangunan suci, pemersatu umat Islam dunia dari segala zaman yaitu Ka’bah. Dengan khusyu’ Hendra melangkah dan mengelilingi Ka’bah, tiba-tiba dia merasakan nyeri yang luar biasa di telapak kakinya. Hendra terkejut, kakinya berdarah dan membasahi lantai Masjidil Haram, ada luka sayatan yang memanjang pada telapak kakinya. Tidak ada pecahan kaca atau silet yang menancap di telapak kakinya. Hendra terduduk lemas, dia pucat karena banyak darah yang keluar, orang-orang disekitarnya juga tidak memperhatikannya apalagi menolongnya.
Dalam kebingungan, kepanikan, dan sambil menahan rasa sakit, Hendra menyebut nama Allah “Aku pasrah padaMu ya Allah, aku pasrah atas apa yang Engkau timpakan padaku, aku berserah diri padaMu”
Tiba-tiba datang seorang kakek menghampiri dan memperhatikan luka Hendra, kemudian kakek itu memberikan sebotol air zamzam.
“Usaplah lukamu dengan air ini, Insya Allah, Allah akan memberikan kesembuhan” kakek itu berkata pelan.
Hendra menerima botol itu dan mengusap serta membasuh lukanya dengan air yang ada dalam botol sambil mengurut telapak kakinya. Perlahan sakitnya mereda, dan luka sayatan itu seperti merapat dan tak lama kemudian kaki Hendra sembuh total. Darah yang berceceran dilantai juga tidak ada lagi, hilang entah kemana.Dengan rasa gembira, Hendra mengucap tahmid berulang-ulang, kejadian ini sangat menyentuh kalbunya. Hendra juga ingin mengucapkan terima kasih pada kakek yang telah memberinya sebotol air zamzam tadi, tetapi kakek itu sudah tidak ada dihadapannya.
Hendra merasa Allah telah memperingatkannya untuk bertobat. Hendra ingat bahwa sewaktu sedang bertugas dia pernah menginjak-injak seorang pengendara motor yang melanggar lampu merah. Pengendara itu tidak terima dan marah-marah menyebabkan Hendra naik pitam dan menendangnya serta menginjak-injaknya. Akhirnya Hendra berirkrar dan bertobat tidak akan mengulanginya lagi dilain waktu.
Sekarang Hendra lebih tenang, tidak temperamental dan tidak suka marah-marah lagi. Dia semakin tekun menunaikan ibadah dan kegiatan agama lainnya.
Semoga kisah ini memberikan hikmah kepada kita semua.
Sumber: Kisah-kisah Haji – Efri Aditia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar